Telah menjadi adat kebiasaan, puak melayu memakai tepung tawar pada beberapa upacara dan kejadian-kejadian penting, umpamanya pada perkawinan, pertunangan, sunat rasul (khitan) ataupun jika seseorang kembali dengan selamat dari sesuatu perjalanan ataupun terlepas dari mara bahaya ataupun mendapat rahmat yang diluar dugaan.
Maka ditepung tawarilah yang berkepentingan dengan pengharapan ia akan tetap selamat dan bahagia hendaknya. Logat tepung tawar mulanya ialah TAMPUNG TAWAR, yaitu dalam kata “ditampung tangan untuk menerima penawar (obat)”
Tepung Tawar ini berasal dari zaman leluhur berpuluh abad yang lalu. Susunan tepung tawar yang biasa digunakan oleh masyarakat melayu dalam garis besarnya terdiri dari 3 bagian pokok, yaitu :
- Ramuan Penabur
- Ramuan Rinjisan
- Pedupaan (Perasapan)
Ketiga bagian di atas dirinci pula sebagai berikut :
RAMUAN PENABUR
Di atas wadah terletak sepiring beras putih, sepiring beras kuning, sepiring bertih dan sepiring tepung beras, sebagai pelambang sebagai berikut :
- Beras putih = kesuburan
- Beras Kuning = kemuliaan, kesungguhan
- Bertih = perkembangan
- Bunga Rampai = keharuman (nama)
- Tepung beras = kebersihan hati.
- Arti keseluruhan dari bahan-bahan di atas adalah kebahagiaan
RAMUAN RINJISAN
Sebuah mangkuk putih (dulu tempurung kelapa puan) berisi air biasa, segenggam beras putih dan sebuah jeruk purut yang telah di iris-iris. Di dalam mangkuk tersebut juga diletakkan sebuah ikatan daun-daunan yang terdiri dari 7 macam daun, yaitu :
- Daun Kalinjuhang (silinjuhang)
- Tangkai pohon pepulut (sipulut) dengan daun
- Daun Gandarusa atau daun sitawar
- Daun jejerun (jerun-jerun)
- Daun sepenuh
- Daun sedingin
- Pohon sembau dengan akarnya
Ketujuh daun di atas diikat dengan akar atau benang jadi satu berkas kecil sebagai rinjisan. Adapun arti dari bahan-bahan di atas adalah sebagai berikut :
Mangkuk putih berisi air = kejernihan; beras = kesuburan; irisan-irisan jeruk purut = membersihkan.
Secara keseluruhan diartikan sebagai Keselamatan dan Kebahagiaan.
Sedangkan ketujuh macam dedaunan tersebut di atas berarti :
Daun Kalinjuhang, mempunyai sifat membangkitkan semangat yang telah lesu. Daun ini dapat diartikan sama dengan “panjang umur” dan “bertenaga”
Daun Pepulut, sifatnya “melengket” atau “tidak lekas lekang”. Daun ini memberi arti “Kekekalan”
Daun Gandarusa, adalah tangkal (perisai) terhadap “kecelakaan” yang mungkin dating dari alam gaib atau tenaga gaib
Pohon Jejurun, sifatnya sukar dicabut dan sukar mati, menjadi simbol “kelanjutan hidup”.
Daun sepenuh, mengingatkan kita kepada kata “penuh” yang berarti disini “penuh rezeki”
Pohon Sedingin, ialah tanda 'ketenangan' dan 'kesehatan'.
Pohon sembau, mempunyai akar sangat liat dan sukar dicabut, mengingatkan kita pada “kekuatan dan keteguhan”
Maka ke tujuh macam tumbuhan tersebut di atas adalah “seruan” dan “doa” tanpa suara untuk kesempurnaan orang yang ditepung tawari.
PERDUPAAN
Perdupaan dengan kemenyan atau setanggi yang dibakar dapat diartikan dengan pemujaan atau doa kepada Yang Maha Kuasa agar permintaan dimaksud dapat restu atau terkanul hendaknya. Perdupaan ini sangat jarang dilakukan pada upacara tepung tawar yang ada sekarang ini.
URUTAN PENEPUNG TAWARAN
Urutan yang menepung tawari adalah dimulai dari ibu bapaknya (serentak) dan kemudian diteruskan oleh ahli keluarga yang tertua dan terdekat sampai jumlah yang telah ditentukan semula dengan ketentuan mula-mula yang menepung tawari adalah kaum laki-laki, kemudian baru giliran kaum wanita. Anak beru ataupun seseorang yang ditugasi untuk itu, mendatangi dan menjemput orang yang harus menepung tawari itu serta mempersilahkan beliau sambil mengiringkannya pula dari belakang ke tempat upacara tepung tawar.
Selesai melakukan tepung tawar, beliau diantar pula ke tempat duduknya semula dan oleh anak beru atau orang yang ditugaskan untuk itu memberikan kepada beliau sebuah “bunga telor berkat”
CARA MELAKUKAN TEPUNG TAWAR
Orang yang hendak ditepung tawari mula-mula menerima ataupun mengambil sedikit (sejumput) beras putih, beras kuning, bertih danbunga rampai, llau menaburkannya ke atas haribaan atau keliling badan orang yang ditepung tawari, kadang-kadang disertai dengan ucapan ‘selamat’, “murah rezeki”’ “sehat”’ dan sebagainya.
Kemudian diambilnya berkas ikatan daun kalinjuhang dan daun lainnya, dicecahkan ke mangkuk puith yang berisi air dan beras putih serta irisan limau purut lalu dirinjis-rinjiskannya di atas kedua belah telapaktangan orang yang ditepungtawari. Selalu juga disertai dengan kata ‘selamat’. Kemudian barulah diambil sedikit tepung beras tadi dan dioleskan (dilekatkan) ke tapak tangan yang ditanuri. Semua acara di atas dilakukan dengan khidmat. Orangtua ada juga merinjis-rinjiskan berkas ikatan tersebut ke atas ubun-ubun (kepala) anaknya ataupunkeluarga termuda. Ini sebenarnya bersifat kemanja-manjaan saja , bukan kelaziman.
Jika yang ditepung tawari lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya di dalam keluarga ataupun masyarakat dari orang yang ditepung tawari, maka orang yang ditepung tawari telebih dahulu harus minta terima kasih dan memberi hormat dengan cara mengangkat kedua belah tangannya sewaktu hendak di tepung tawari. Yang menepung tawari membalas pula dengan mengangkat kedua belah tangannya juga, sebagai menerima tanda terima kasih atau penghormatan itu.
Sebaliknya yang akan terjadi, jika yang menepungtawari lebih muda, maka dialah terlebih dahulu yang harus memberi hormat.
Dikutip dari Buku Butir Butir Adat Melayu Pesisir Sumatera Timur yang disusun oleh T.H.M. Lah Husny.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar