Pandangan orang Melayu terhadap agama Islam sangat kental, sehingga muncul konsep bahwa Melayu identik dengan Islam. Bagi orang Melayu, konsep tersebut bukanlah sebatas slogan karena hal tersebut benar-benar diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bila ada orang Melayu yang murtad (keluar dari agama Islam), maka ia tidak lagi dikatakan sebagai orang Melayu. Sebaliknya, bila ada orang Cina yang hidup di tengah masyarakat Melayu masuk Islam, maka dia dikatakan masuk Melayu.
Oleh karena Melayu identik dengan Islam, maka Tuhan yang patut disembah adalah Allah. Proses ini pada akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang melekat di dalam kebudayaan Melayu, sehingga menjadi suatu sistem yang tidak terpisahkan bagi orang Melayu, Islam, dan Allah. Maka terjadilah proses timbal balik antara Melayu dan Islam dengan segala dimensinya sebagai sebuah sistem yang saling mengisi.
Budaya Melayu memiliki nilai-nilai luhur yang sudah teruji kehandalannya, dan selama ratusan tahun yang silam dijadikan jatidiri masyarakatnya. Nilai-nilai inilah yang diyakini dapat mengangkat marwah, harkat, dan martabat kemelayuan dalam arti luas dan mampu menghadapi cabaran atau tantangan zaman. Di dalam adat resam Melayu, nilai-nilai dimaksud dipaterikan kedalam ungkapan-ungkapan adat, yang disebut sebagai Sifat yang Duapuluh Lima atau Pakaian yang Duapuluh Lima. Orang tua-tua Melayu percaya, siapapun yang menjadiÂkan sifat ini sebagai jatidiri-nya atau sebagai pakaian hidup-nya, tentulah akan menjadi orang, yakni menjadi manusia yang sempurna lahiriah dan batiniah. Salah satu dari 25 sifat tersebut menjelaskan tentang pandangan orang Melayu terhadap Tuhan, yaitu:
Sifat tahu asal mula jadi, tahu berpegang pada Yang Satu
Yakni sifat yang menyadari dirinya sebagai manusia (makhluk) yang diciptakan oleh Allah, dan menyadari dirinya sebagai hamba Allah. Kesadaran ini mendorongÂnya untuk bertaqwa kepada Allah, mematuhi semua peÂrintah Allah, menjauhi semua laranganNya, dan berusaha untuk menjadikan dirinya sebagai hamba Allah yang saleh agar mendapatkan kesejahteraan di dunia dan sejahtera pula di akhirat. Dengan kesadaran ini akan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaannya, akan menjadikan dirinya sebagai manusia yang berguna bagi sesama makhluk Allah, dan bertanggungjawab terhadap pelestariÂan alam ciptaan Allah. Di dalam ungkapan disebutkan:
Tahu asal mula kejadian
Tahu berpegang pada Yang Satu
Hamba tahu akan Tuhannya
Makhluk tahu akan Khaliknya
Yang agama berkokohan
Yang iman berteguhan
Yang sujud berkekalan
Yang amal berkepanjangan
Sesama manusia ia berguna
Sesama makhluk ianya elok
Di dunia ia bertuah
Di akhirat beroleh berkah
Budaya Melayu adalah budaya yang menyatu dengan ajaran agama Islam. Nilai keislaman menjadi acuan dasar budaya Melayu. Karenanya, budaya Melayu tidak dapat dipisahkan dari Islam, sebagaimana tercermin dari ungkapan adat: Adat bersendikan syarak, syarak bersendikan Kitabullah; Syarak mengata adat memakai, syah kata syarak, benar kata adat; Bila bertikai adat dengan syarak, tegakkan syarak, dan sebagaiÂnya. Bagi orang Melayu, agama Islam adalah aturannya.
Sumber:
Tenas Effendy, Tegak Menjaga Tuah, Duduk Memelihara Marwah, (BKPBM, Yogyakarta, 2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar