Senin, 29 September 2008

Menduniakan Melayu dari Yogya

dari harian KOMPAS, 8 Agustus 2008

Kalau jatuh kota Melaka
Papan di Jawa kami tegakkan


Bidal yang berisi semangat untuk terus memperjuangkan keberadaan puak Melayu itu terus terngiang begitu kaki memasuki halaman rumah di Jalan Gambiran No 85 A, Yogyakarta. Muncul-melesap, berselang-seling dengan pekik Hang Tuah yang melintas di benak: Tak Melayu hilang di Bumi!

Di depan, Dick van der Meij berjalan gontai memasuki beranda rumah berarsitektur melayu modern tersebut. Ahli epigrafi dari Belanda yang mengkhususkan diri pada kajian tentang Melayu-Islam itu sempat terpana, kagum, melihat ragam hias ”itik pulang petang” terukir indah di teralis jendela.

Melewati pintu yang ”daun”- nya bergagang replika keris melayu, Dick disambut sang pemilik rumah, Mahyudin Al Mudra (50). Di sanalah, di rumah berarsitektur melayu—yang sejak dua tahun terakhir difungsikan sebagai kantor redaksi MelayuOnline.com—itu sebuah gagasan untuk menggelorakan semangat kemelayuan diwujudkan melalui ”gerakan” di dunia maya.

”MelayuOnline.com didedikasikan sepenuhnya bagi kegemilangan tamadun Melayu. Beruntung saya ditopang oleh teman-teman muda yang berhasil saya provokasi untuk mewakafkan waktunya demi perjuangan mengekalkan khazanah budaya Melayu,” kata Mahyudin, pendiri sekaligus pemangku Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM).

Di bawah naungan BKPBM, situs atau laman yang tampil dengan motto ”Melestarikan Tradisi dengan Cara yang Tidak Tradisional” ini dimaksudkan sebagai upaya merajut peradaban Melayu yang sudah mulai kehilangan marwah kemelayuannya. Melayu yang humanis, pluralis, dan egaliter, misalnya, dirasa perlu diaktualkan di tengah gemerlap peradaban materialistis saat ini.

Akan tetapi, MelayuOnline.com tidak berdiri pada tataran praksis. Taruhlah seperti ikut menggelar festival dan sejenisnya. Kehadiran MelayuOnline.com lebih diorientasikan pada apa yang disebut Mahyudin sebagai proses akademisasi Melayu. Artinya, Melayu dijadikan sebuah obyek kajian yang tidak pernah final.
”Dan memang, setelah kami gali dari berbagai sumber, tradisi besar Melayu dengan segala pernak-perniknya itu bagai sumur tanpa dasar. Selalu ada hal baru yang sebelumnya tidak kami ketahui tentang Melayu,” kata Mahyudin dalam kesempatan berbincang dengan Kompas di Gambiran 85 A, Yogyakarta. (Baca juga: Mahyudin ”Gila” karena Keris Melayu, hal 16).

Terbesar dan terlengkap
Sejak diluncurkan di Yogyakarta pada 1 Muharam 1428 Hijriah, bertepatan dengan 20 Januari 2007, laman tentang khazanah Melayu yang beralamat di http://www.melayuonline.com itu sudah disimak 4,5 juta (data hingga 7 Agustus 2008) pengunjung dari 104 negara. Mereka itu di antaranya datang dari sebuah negeri kecil di Afrika yang jarang terdengar di kancah pergaulan antarbangsa: Republic of Seychelles.

”Dari e-mail yang dia kirimkan kemudian, pengunjung MelayuOnline.com dari Republic of Seychelles itu ternyata orang Melayu juga. Dia ’terdampar’ ke MelayuOnline.com setelah berselancar di jagat maya mau mencari resep masakan Melayu,” ujar Yuhastina Sinaro dari Humas MelayuOnline.com.

Inilah pangkalan data tentang Melayu paling besar dan terlengkap di dunia. Terdiri atas 24 menu utama, mulai dari berita dan artikel yang terkait dunia Melayu hingga sejarah dan budaya serta hal-hal lain yang berkelindan dengan Melayu dan kemelayuan. Termasuk juga aspek kuliner, wisata budaya, serta perpustakaan berupa data koleksi BKPBM dan informasi buku-buku tentang Melayu koleksi perpustakaan-perpustakaan terkemuka di dunia.

Terhampar pada laman berbahasa Indonesia, Inggris, dan Perancis hingga lebih dari 75.000 halaman (setiap hari jumlah ini terus bertambah), pangkalan data disusun ke dalam struktur yang sistematis, integratif, dan komprehensif.
Menurut Mahyudin, penyusunan struktur yang demikian dimaksudkan untuk memudahkan orang yang ingin mengetahui dan memahami budaya Melayu, baik secara ringkas-sepintas maupun serius-mendalam. Meski hak patennya sudah didaftarkan, siapa pun boleh menggunakan pangkalan data ini untuk berbagai keperluan, termasuk untuk penulisan skripsi, tesis, maupun disertasi.
”Tentu saja harus mencantumkan MelayuOnline.com sebagai sumber yang dikutip,” ujarnya.

Guna memenuhi cita-cita besar menjadikan MelayuOnline.com sebagai pangkalan data acuan tentang Melayu dan kemelayuan, saat ini ada 24 tenaga profesional yang mendukung beroperasinya laman ini. Sebagian besar bergelar master (S-2), terutama dari bidang sosiologi dan antropologi budaya.

”Terus terang, saya terharu mereka mau mewakafkan waktu dan ilmu untuk MelayuOnline.com. Padahal, beberapa di antara mereka punya pengalaman (baca: sekolah) di luar negeri dan bisa memilih bekerja sebagai dosen, misalnya. Tapi mereka mau ke sini dengan gaji yang sangat minimal. Sungguh, saya terhibur dan termotivasi oleh semangat anak-anak muda ini,” kata Mahyudin.
Pendekatan kultur

Melayu sebagai sebuah entitas budaya dalam arti luas memiliki sejarah panjang. Selama ini Melayu cenderung dimaknai secara sempit dan kerap dipahami melalui perspektif tertentu. Tidak heran bila pengertian tentang Melayu bersifat parsial, tidak menyeluruh, bahkan memunculkan varian istilah yang memecah-belah orang Melayu sebagai entitas budaya yang multikultur.

Kawasan Nusantara sebagai basis orang-orang Melayu yang dulu setidaknya mencakup wilayah Indonesia, Malaysia (tentu saja termasuk Singapura), Brunei Darussalam, Filipina—juga Madagaskar—tercerai-berai, terutama sejak kehadiran pemerintahan kolonial. Istilah Melayu-Malaysia, Melayu-Indonesia, Melayu-Singapura, atau Melayu-Brunei muncul sebagai sekat penanda keterbelahan itu.
Di Indonesia sendiri dikenal berbagai macam puak yang sama-sama bercirikan kemelayuan, tetapi dalam sebutan berbeda, macam Melayu-Riau, Melayu-Deli, Melayu-Palembang, atau Melayu-Banjar. Jawa, Sunda, Madura ataupun Bali—sekadar menyebut beberapa wilayah—yang sejatinya juga adalah Melayu justru dari hari ke hari kian ”terasing” warna kemelayuannya.

Label-label baru dilekatkan. Melayu pun direduksi menjadi sekadar etnisitas: ras dan suku bangsa. Bahkan, belakangan, juga ada yang menambahkan label keislaman sebagai salah satu aspek kemelayuan.
”Padahal, jika merunut ke belakang, taruhlah sejak era proto-Melayu yang hadir jauh sebelum fajar sejarah muncul di Nusantara, pandangan semacam ini lemah argumentasinya,” ujar Mahyudin.
Apalagi, tambahnya, secara ontologis kemelayuan dan keislaman merupakan dua dimensi yang berbeda. Etnik Melayu merupakan kumpulan individu yang hidup di suatu tempat dan membentuk struktur sosial. Adapun Islam adalah agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Melayu untuk menjalin hubungan dengan Tuhan. Jika yang pertama menciptakan hubungan horizontal, yang kedua bersifat vertikal.
Berangkat dari kesadaran ini, melalui paradigma inklusif, MelayuOnline.com ingin menempatkan Melayu secara lebih luas dan melihatnya dari berbagai dimensi. Istilah Melayu pun lebih dimaknai sebagai sebuah kultur. Bukan Melayu sebagai suku, etnis, atau entitas budaya dalam arti sempit lainnya.

Bagi Mahyudin, Melayu tidak hadir pertama-tama karena ikatan sempit berdasarkan aspek genealogis, tetapi lebih dilatari oleh suatu ikatan kultural.
”Dengan demikian, kata ’Melayu’ yang dipahami oleh MelayuOnline.com merujuk kepada setiap masyarakat penutur bahasa Melayu dan mengamalkan adat resam budaya Melayu,” kata Mahyudin. Nah!

Sirih junjung sirih pinang
Sirih kuning diberi nama
Adat dijunjung pusaka dikenang
Hidup berbudi mufakat bersama

FALSAFAH HIDUP SUKU BANGSA MELAYU

Suku bangsa melayu itu dalam falsafah hidupnya dapat disimpulkan berlandaskan pada 5 dasar, yaitu :

1. Melayu itu Islam,
yang sifatnya universal dan demokratis bermusyawarah.

2. Melayu itu berbudaya,
yang sifatnya nasional dalam bahsa, sastra, tari, pakaian, tersusun dalam tingkah laku, dan lain-lain.

3. Melayu itu beradat,
yang sifatnya regional (kedaerahan)dalam bhineka tunggal ika, dengan tepung tawar, balai pulut kuning dan lain-lain yang mnegikat tua dan muda.

4. Melayu itu berturai,
yaitu tersusun dalam masyarakat yang rukun tertib mengutamakan ketenteraman dan kerukunan, hidup berdampingan dengan harga menghargai timbal balik, bebas tapi terikat dalam masyarakat.

5. Melayu itu berilmu,
artinya pribadi yang diarahkan kepada ilmu pengetahuan dan ilmu kebathinan (agama dan mistik), agar bermarwah dan disegani orang, untuk kebaikan umum.

Rukun tertib yang dimaksudkan puak melayu adalah keadilan dan kebenaran yang harus dapat dirasa dan dilihat.
Ia mengetahui, bahwa :

ISLAM tidak bertentangan dengan masyarakat yang berperikemanusiaan dan yang ber-Tuhan.

BUDAYA tidak bertentangan dengan masyarakat yang ingin beradab dan mengingkat lahiriah dan bathiniah

ADAT tak bertentangan dengan peradaban masyarakat yang ada rasa kekeluargaan, bukan individualistis.

BERTURAI tak bertentangan dengan masyarakat yang tahu harga diri, yang ingin kebenaran, keadilan dan kemakmuran yang merata dalam kehidupan.

BERILMU tak bertentangan dengan masyarakat yang ingin maju untuk kepentingan diri dan masyarakatnya. pengabdian adalah pada Allah, manusia dan lingkungan, untuk kebahagiaan diri sekarang dan nanti.


Dikutip dari Buku Butir Butir Adat Melayu Pesisir Sumatera Timur yang disusun oleh T.H.M. Lah Husny.

UPACARA TEPUNG TAWAR

Telah menjadi adat kebiasaan, puak melayu memakai tepung tawar pada beberapa upacara dan kejadian-kejadian penting, umpamanya pada perkawinan, pertunangan, sunat rasul (khitan) ataupun jika seseorang kembali dengan selamat dari sesuatu perjalanan ataupun terlepas dari mara bahaya ataupun mendapat rahmat yang diluar dugaan.
Maka ditepung tawarilah yang berkepentingan dengan pengharapan ia akan tetap selamat dan bahagia hendaknya. Logat tepung tawar mulanya ialah TAMPUNG TAWAR, yaitu dalam kata “ditampung tangan untuk menerima penawar (obat)”

Tepung Tawar ini berasal dari zaman leluhur berpuluh abad yang lalu. Susunan tepung tawar yang biasa digunakan oleh masyarakat melayu dalam garis besarnya terdiri dari 3 bagian pokok, yaitu :
- Ramuan Penabur
- Ramuan Rinjisan
- Pedupaan (Perasapan)
Ketiga bagian di atas dirinci pula sebagai berikut :

RAMUAN PENABUR
Di atas wadah terletak sepiring beras putih, sepiring beras kuning, sepiring bertih dan sepiring tepung beras, sebagai pelambang sebagai berikut :
- Beras putih = kesuburan
- Beras Kuning = kemuliaan, kesungguhan
- Bertih = perkembangan
- Bunga Rampai = keharuman (nama)
- Tepung beras = kebersihan hati.
- Arti keseluruhan dari bahan-bahan di atas adalah kebahagiaan

RAMUAN RINJISAN
Sebuah mangkuk putih (dulu tempurung kelapa puan) berisi air biasa, segenggam beras putih dan sebuah jeruk purut yang telah di iris-iris. Di dalam mangkuk tersebut juga diletakkan sebuah ikatan daun-daunan yang terdiri dari 7 macam daun, yaitu :
- Daun Kalinjuhang (silinjuhang)
- Tangkai pohon pepulut (sipulut) dengan daun
- Daun Gandarusa atau daun sitawar
- Daun jejerun (jerun-jerun)
- Daun sepenuh
- Daun sedingin
- Pohon sembau dengan akarnya

Ketujuh daun di atas diikat dengan akar atau benang jadi satu berkas kecil sebagai rinjisan. Adapun arti dari bahan-bahan di atas adalah sebagai berikut :

Mangkuk putih berisi air = kejernihan; beras = kesuburan; irisan-irisan jeruk purut = membersihkan.
Secara keseluruhan diartikan sebagai Keselamatan dan Kebahagiaan.

Sedangkan ketujuh macam dedaunan tersebut di atas berarti :

Daun Kalinjuhang, mempunyai sifat membangkitkan semangat yang telah lesu. Daun ini dapat diartikan sama dengan “panjang umur” dan “bertenaga”

Daun Pepulu
t, sifatnya “melengket” atau “tidak lekas lekang”. Daun ini memberi arti “Kekekalan”

Daun Gandarusa
, adalah tangkal (perisai) terhadap “kecelakaan” yang mungkin dating dari alam gaib atau tenaga gaib

Pohon Jejurun, sifatnya sukar dicabut dan sukar mati, menjadi simbol “kelanjutan hidup”.

Daun sepenuh, mengingatkan kita kepada kata “penuh” yang berarti disini “penuh rezeki”

Pohon Sedingin, ialah tanda 'ketenangan' dan 'kesehatan'.

Pohon sembau, mempunyai akar sangat liat dan sukar dicabut, mengingatkan kita pada “kekuatan dan keteguhan”

Maka ke tujuh macam tumbuhan tersebut di atas adalah “seruan” dan “doa” tanpa suara untuk kesempurnaan orang yang ditepung tawari.


PERDUPAAN

Perdupaan dengan kemenyan atau setanggi yang dibakar dapat diartikan dengan pemujaan atau doa kepada Yang Maha Kuasa agar permintaan dimaksud dapat restu atau terkanul hendaknya. Perdupaan ini sangat jarang dilakukan pada upacara tepung tawar yang ada sekarang ini.

URUTAN PENEPUNG TAWARAN
Urutan yang menepung tawari adalah dimulai dari ibu bapaknya (serentak) dan kemudian diteruskan oleh ahli keluarga yang tertua dan terdekat sampai jumlah yang telah ditentukan semula dengan ketentuan mula-mula yang menepung tawari adalah kaum laki-laki, kemudian baru giliran kaum wanita. Anak beru ataupun seseorang yang ditugasi untuk itu, mendatangi dan menjemput orang yang harus menepung tawari itu serta mempersilahkan beliau sambil mengiringkannya pula dari belakang ke tempat upacara tepung tawar.
Selesai melakukan tepung tawar, beliau diantar pula ke tempat duduknya semula dan oleh anak beru atau orang yang ditugaskan untuk itu memberikan kepada beliau sebuah “bunga telor berkat”

CARA MELAKUKAN TEPUNG TAWAR
Orang yang hendak ditepung tawari mula-mula menerima ataupun mengambil sedikit (sejumput) beras putih, beras kuning, bertih danbunga rampai, llau menaburkannya ke atas haribaan atau keliling badan orang yang ditepung tawari, kadang-kadang disertai dengan ucapan ‘selamat’, “murah rezeki”’ “sehat”’ dan sebagainya.
Kemudian diambilnya berkas ikatan daun kalinjuhang dan daun lainnya, dicecahkan ke mangkuk puith yang berisi air dan beras putih serta irisan limau purut lalu dirinjis-rinjiskannya di atas kedua belah telapaktangan orang yang ditepungtawari. Selalu juga disertai dengan kata ‘selamat’. Kemudian barulah diambil sedikit tepung beras tadi dan dioleskan (dilekatkan) ke tapak tangan yang ditanuri. Semua acara di atas dilakukan dengan khidmat. Orangtua ada juga merinjis-rinjiskan berkas ikatan tersebut ke atas ubun-ubun (kepala) anaknya ataupunkeluarga termuda. Ini sebenarnya bersifat kemanja-manjaan saja , bukan kelaziman.
Jika yang ditepung tawari lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya di dalam keluarga ataupun masyarakat dari orang yang ditepung tawari, maka orang yang ditepung tawari telebih dahulu harus minta terima kasih dan memberi hormat dengan cara mengangkat kedua belah tangannya sewaktu hendak di tepung tawari. Yang menepung tawari membalas pula dengan mengangkat kedua belah tangannya juga, sebagai menerima tanda terima kasih atau penghormatan itu.
Sebaliknya yang akan terjadi, jika yang menepungtawari lebih muda, maka dialah terlebih dahulu yang harus memberi hormat.

Dikutip dari Buku Butir Butir Adat Melayu Pesisir Sumatera Timur yang disusun oleh T.H.M. Lah Husny.

Selasa, 23 September 2008

URUTAN NAMA ANAK MELAYU

Kalau di Bali terdapat urutan nama anak seperti Putu, Made. Nyoman dan Ketut, maka suku Melayu juga mempunyai urutan nama anak sebagai berikut :

Anak pertama : si Ulung (Iyung, Ulong)
Anak kedua : si Ngah
Anak ketiga : si Alang
Anak keempat : si Uteh
Anak kelima : si Andak
Anak keenam : si Uda
Anak ketujuh : si Ucu (Uncu, busu, bongsu)
Anak kedelapan : si Ulung Cik ( Ulung Kecik)
Anak kesembilan : si Ngah Cik
Anak kesepuluh : si Alang Cik
Anak kesebelas : si Uteh Cik
Anak keduabelas : si Andak Cik
Anak ketigabelas : si Uda Cik
Anak keempatbelas : si Cik (si Kecil atau si Kecik)

Panggilan untuk anak laki-laki si Kolok
Panggilan untuk anak perempuan si Subang

Dikutip dari Buku Butir Butir Adat Melayu Pesisir Sumatera Timur yang disusun oleh T.H.M. Lah Husny.

Selasa, 09 September 2008

Penggantinya diusul T. Amir Hamzah

NAMA bandara udara baru di Kota Medan menjadi pemikiran para tokoh Melayu di Sumatera Utara, agar nama bandara pengganti Polonia sesuai kondisi daerah setempat.

Hal itu begitu penting untuk memberi sebuah arti dan membawa dampak besar bagi makhluk hidup, benda dan sebuah peradaban. Nama dapat membuka tabir, pengukuhan peradaban, penjaga harkat dan martabat.

Menurut Annex 14 dari organisasi penerbangan dunia (International Civil Aviation Organization/ICAO), bandara adalah area tertentu di daratan atau perairan termasuk bangunan, instalasi dan peralatan diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.

Indonesia mempunyai beberapa bandara berstatus internasional antara lain Polonia (Medan), Soekarno Hatta (Cengkareng), Djuanda (Surabaya), Hasanudin (Makassar).

Kota Medan merupakan salah satu pintu gerbang wilayah Sumatera. Untuk itu, dibutuhkan sarana transportasi, khususnya transportasi udara.

Perpindahan Bandara Polonia yang berada di tengah kota Medan ke Desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deliserdang, berada sekitar 23 km dari pusat kota Medan, bertujuan meningkatkan keselamatan penerbangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi, pariwisata serta pembangunan kota Medan pada khususnya.

Pembangunan bandara terus berlangsung meski mendapat penolakan warga menyangkut pengorekan pasir laut untuk pembangunan sisi darat. Total biaya pembangunan diperkirakan menelan Rp5 triliun dan paling cepat selesai tahun 2010.

“Untuk itu perlu dipersiapkan nama bagi bandara baru itu,” kata HT Syahrizal Arif, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Laskar Melayu Hang Tuah.

Sementara itu, T. Reza Zulkarnain, selaku Sekjen DPP Laskar Melayu Hang Tuah menilai, dasar pertimbangan usulan nama bandara baru karena bandara menduduki posisi sangat strategis bagi suatu daerah dan negara.

Fungsinya sebagai pintu gerbang menentukan kesan orang luar ketika kunjungan pertama. Kesan pertama tidak hanya ditentukan kehebatan infrastruktur dan asrinya lingkungan sebuah bandara akan tetapi terkait penamaan bandara.

Nama bandara seringkali mengusung simbol dan tata nilai. Di balik nama sebuah bandara terkandung nilai historis, penghormatan dan penghargaan.

Berjasa
Sementara itu, dasar pertimbangan dan usulan pemberian nama bandara baru di antaranya upaya pelestarian sejarah dan budaya setempat. Untuk memberikan penghargaan bagi seseorang yang berjasa luar biasa bagi bangsa dan negara.

T. Reza yang juga Humas Dinas Perhubungan Sumut menilai, pada saat ini nama suatu bandara berhubungan dengan nama-nama yang memiliki hubungan emosional dalam sejarah perkembangan suatu etnis, terutama dengan nama pahlawan atau tokoh berjasa.

Misalnya, Bandara Sultan Syarif Kasim di Provinsi Riau, Bandara Sultan Taha di Provinsi Jambi dan Bandara Sultan Mahmud Badarudin II di Provinsi Sumatera Selatan.

Menurut catatan sejarah, kawasan pesisir timur Sumut merupakan negeri bagi masyarakat etnis Melayu yang meliputi Kesultanan Langkat (Kabupaten Langkat sekarang), Kesultanan Deli (Kota Medan dan sebagian Kabupaten Deliserdang).

Kesultanan Serdang (sebagian Deliserdang dan Kota Tebingtinggi). Pemerintahan suku Batubara (wilayah Kabupaten Asahan), Kesultanan Asahan (sebagian Asahan dan Kota Tanjungbalai), Kerajaan Bilah, Panai dan Kualuh (Kabupaten Labuhanbatu).

Dari aspek sosiologi, penetapan nama bandara baru Medan dengan nama pahlawan nasional dari etnis Melayu merupakan bentuk penghargaan, pengakuan pemerintah kepada masyarakat Melayu sehingga mampu memberikan motivasi guna membangun jati diri dan negerinya sendiri.

Anggaran Dasar Laskar Melayu Hang Tuah yang memiliki tujuan meningkatkan pengabdian mengangkat harkat dan martabat etnis Melayu di daerah ini.

Nama bandara pengganti Bandara Polonia diusulkan dengan nama “Bandar Udara Internasional Tengku Amir Hamzah” atau Tengku Amir Hamzah International Airport.

Sumber : WASPADA ONLINE, 09 September 2008

Kamis, 04 September 2008

Gurindam Dua Belas

Gurindam Dua Belas ditulis oleh Raja Ali Haji di Pulau Penyengat, Riau, pada tanggal 23 Rajab 1263 Hijriyah atau 1847 Masehi dalam usia 38 tahun.
Karya ini terdiri atas 12 Fasal dan dikategorikan sebagai “Syi‘r al-Irsyadi” atau puisi didaktik, karena berisikan nasihat dan petunjuk menuju hidup yang diridhoi Allah.
Selain itu terdapat pula pelajaran dasar Ilmu Tasawuf tentang mengenal “yang empat” : yaitu syari‘at, tarikat, hakikat, dan makrifat. Diterbitkan pada tahun 1854 dalam Tijdschrft van het Bataviaasch Genootschap No. II, Batavia, dengan huruf Arab dan terjemahannya dalam bahasa Belanda oleh Elisa Netscher.

Berikut ini adalah isi Gurindam 12 Pasal demi pasal

PASAL YANG PERTAMA
Barang siapa tiada memegang agama, segala-gala tiada boleh dibilang nama
Barang siapa mengenal yang empat, maka yaitulah orang yang ma'rifat
Barang siapa mengenal Allah, suruh dan tegaknya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri, maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
Barang siapa mengenal dunia, tahulah ia barang yang terpedaya
Barang siapa mengenal akhirat, tahulah ia dunia mudharat

PASAL YANG KEDUA
Barang siapa mengenal yang tersebut, tahulah ia makna takut
Barang siapa meninggalkan sembahyang, seperti rumah tiada bertiang
Barang siapa meninggalkan puasa, tidaklah mendapat dua termasa
Barang siapa meninggalkan zakat, tiadalah hartanya beroleh berkat
Barang siapa meninggalkan haji, tiadalah ia menyempurnakan janji

PASAL YANG KETIGA
Apabila terpelihara mata, sedikitlah cita-cita
Apabila terpelihara kuping, khabar yang jahat tiadalah damping
Apabila terpelihara lidah, niscaya dapat daripadanya faedah
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan, daripada segala berat dan ringan
Apabila perut terlalu penuh, keluarlah fi'il yang tidak senonoh
Anggota tengah hendaklah ingat, di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki, daripada berjalan yang membawa rugi

PASAL YANG KEEMPAT
Hati itu kerajaan di dalam tubuh, jikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh
Apabila dengki sudah bertanah, datanglah daripadanya beberapa anak panah
Mengumpat dam memuji hendaklah pikir, di situlah banyak orang yang tergelincir
Pekerjaan marah jangan dibela, nanti hilang akal di kepala
Jika sedikitpun berbuat bohong, boleh diumpamakan mulutnya itu pekung
Tanda orang yang amat celaka, aib dirinya tiada ia sangka
Bakhil jangan diberi singgah, itulah perompak yang amat gagah
Barang siapa yang sudah besar, janganlah kelakuannya membuat kasar
Barang siapa perkataan kotor, mulutnya itu umpama ketor
Di manakah salah diri, jika tidak orang lain yang berperi
Pekerjaan takbur jangan direpih sebelum mati didapat juga sepih

PASAL YANG KELIMA
Jika hendak mengenal orang berbangsa, lihat kepada budi dan bahasa
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia, sangat memeliharakan yang sia-sia
Jika hendak mengenal orang mulia, lihatlah kepada kelakuan dia
Jika hendak mengenal orang yang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah jemu
Jika hendak mengenal orang yang berakal, di dalam dunia mengambil bekal
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai, lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai

PASAL YANG KEENAM
Cahari olehmu akan sahabat, yang boleh dijadikan obat
Cahari olehmu akan guru, yang boleh tahukan tiap seteru
Cahari olehmu akan isteri, yang boleh menyerahkan diri
Cahari olehmu akan kawan, pilih segala orang yang setiawan
Cahari olehmu akan abdi, yang ada baik sedikit budi

PASAL YANG KETUJUH
Apabila banyak berkata-kata, di situlah jalan masuk dusta
Apabila banyak berlebih-lebihan suka, itu tanda hampirkan duka
Apabila kita kurang siasat, itulah tanda pekerjaan hendak sesat
Apabila anak tidak dilatih, jika besar bapanya letih
Apabila banyak mencacat orang, itulah tanda dirinya kurang
Apabila orang yang banyak tidur, sia-sia sajalah umur
Apabila mendengar akan kabar, menerimanya itu hendaklah sabar
Apabila mendengar akan aduan, membicarakannya itu hendaklah cemburuan
Apabila perkataan yang lemah lembut, lekaslah segala orang mengikut
Apabila perkataan yang amat kasar, lekaslah orang sekalian gusar
Apabila pekerjaan yang amat benar, tidak boleh orang berbuat onar

PASAL YANG KEDELAPAN
Barang siapa khianat akan dirinya, apalagi kepada lainnya
Kepada dirinya ia aniaya, orang itu jangan engkau percaya
Lidah suka membenarkan dirinya, daripada yang lain dapat kesalahannya
Daripada memuji diri hendaklah sabar, biar daripada orang datangnya kabar
Orang yang suka menampakkan jasa, setengah daripadanya syirik mengaku kuasa
Kejahatan diri disembunyikan, kebajikan diri diamkan
Ke'aiban orang jangan dibuka, ke'aiban diri hendaklah sangka

PASAL YANG KESEMBILAN
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan, bukannya manusia yaitulah syaitan
Kejahatan seorang perempuan tua, itulah iblis punya penggawa
Kepada segala hamba-hamba raja, di situlah syaitan tempatnya manja
Kebanyakan orang yang muda-muda, di situlah syaitan tempat bergoda

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan, di situlah syaitan punya jamuan
Adapun orang tua(h) yang hemat, syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru, dengan syaitan jadi berseteru

PASAL YANG KESEPULUH
Dengan bapa jangan derhaka, supaya Allah tidak murka
Dengan ibu hendaklah hormat, supaya badan dapat selamat
Dengan anak janganlah lalai, supaya boleh naik ke tengah balai
Dengan kawan hendaklah adil, supaya tangannya jadi kapil

PASAL YANG KESEBELAS
Hendaklah berjasa, kepada yang sebangsa
Hendak jadi kepala, buang perangai yang cela
Hendaklah memegang amanat, buanglah khianat
Hendak marah, dahulukan hujjah
Hendak dimalui, jangan memalui
Hendak ramai, murahkan perangai

PASAL YANG KEDUABELAS
Raja mufakat dengan menteri, seperti kebun berpagarkan duri
Betul hati kepada raja, tanda jadi sebarang kerja
Hukum adil atas rakyat, tanda raja beroleh inayat
Kasihkan orang yang berilmu, tanda rahmat atas dirimu
Hormat akan orang yang pandai, tanda mengenal kasa dan cindai
Ingatkan dirinya mati. itulah asal berbuat bakti
Akhirat itu terlalu nyata, kepada hati yang tidak buta